BKKBN Jabar Edukasi Pencegahan Stunting melalui Penyiapan Pra Menikah bagi Ribuan Remaja
Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat mengadakan Kegiatan edukasi tentang Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR). Kegiatan ini diikuti tidak kurang dari 1000 remaja se Jawa Barat baik secara Online maupun Offline. Kegiatan ini dipusatkan di Gedung Korpri Kabupaten Sumedang, Sabtu (03/06/2023).
Ketua Tim Kerja Kemitraan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Herman Maelani menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya pemerintah dalam mencegah angka stunting baru melalui edukasi pra nikah bagi remaja .
‘Remaja ini kan yang akan menjadi generasi penerus, sementara komposisi remaja di Jawa Barat kan cukup mendominasi jumlahnya berdasarkan sensus penduduk 2020,” jelasnya.
Dalam kegiatan ini peserta yang hadir didominasi oleh putri yang berada pada rentan umu 15 sampai 19 tahun. Menurut Herman hal ini dikarenakan umur 15 sampai 19 tahun itu lah yang yang titik-titik krusial banyaknya animea itu yang menyebabkan potensi stunting menjadi tinggi.
Patut diketahui saat ini BKKBN diberi tugas untuk pencegahan stunting secara sensitif. Adapun salah satu pendekatan pencegahan stunting secara sensitif adalah mencegah stunting baru sebelum kelahiran bayi.
‘mulai sebelum menikah kemudian hamil ya disitu sebutnya titik krusial (pencegahan stunting) jadi jangan sampai menunggu ketika udah 2 tahun, (karena hal) ini agak sulit untuk mengembalikan ke normalnya lagi,” tegasnya.
Herman menerangkan bahwa kebutuhan dan kualitas gizi remaja dapat menekan potensi terjadinya angka stunting baru kedepannya disaat remaja sudah melakukan pernikahan.
‘kurang baiknya (remaja) dari segi gizi, dari sisi kesehatan Nya akan menyebabkan potensi-potensi stunting di kemudian hari,”ungkapnya.
Lebih lanjut, Herman mengingatkan bahwa keseimbangan gizi remaja harus diperhatikan mengingat konsumsi makanan dan minuman remaja dewasa ini sudah mengarah kepada pola gizi yang tidak seimbang.
‘kita lihat memang godaannya banyak ya, terutama gaya hidup makanan-makanan (yang dikonsumsi remaja) saat ini isinya kebanyakan karbohidrat dan sebagainya, terutama jajanan-jajanan di sekolah. Maka perlu adanya edukasi,” terangnya.
Herman mengharapkan peserta yang menghadiri kegiatan dapat meneruskan ilmu dan informasi yang didapatkan kepada orang lain terutama bagi remaja putri supaya tidak mengalamai anemia atau kekurangan darah.
‘mereka yang hadir disini temen-temen remaja. Bisa menularkan ilmunya minimal kepada sahabatnya keluarganya syukur-syukur bisa lebih jauh lagi ke masyarakat luas,” pungkasnya.