Agama

Peran Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun Menyebarkan Islam di Sumedang

QILATZ.COM, SEJARAH – Sebuah wilayah yang dikenal sebagai pewaris budaya Sunda Pajajaran, mulai mengenal ajaran Islam pada abad ke-16. Penyebaran Islam di wilayah ini diawali oleh pernikahan antara Pangeran Santri, seorang ulama asal Cirebon, dengan Ratu Pucuk Umun, pemimpin Kerajaan Sumedang Larang.

Pernikahan tersebut tidak hanya memperkuat hubungan politik kedua wilayah, tetapi juga menjadi pintu masuk bagi Islam di Sumedang.

Pangeran Santri, yang juga dikenal dengan nama Pangeran Kusumadinata, merupakan putra Maulana Muhammad atau Raden Kusen, seorang ulama terkemuka yang berguru kepada Sunan Gunung Jati.

Baca Juga :  Kapolres Sumedang Mediasi Ormas Pemuda Pancasila dan GRIB Jaya, Jaga Kondusifitas Wilayah

Setelah menikahi Ratu Pucuk Umun, ia mengambil alih kepemimpinan Sumedang Larang dan mulai memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat. Sebagai pemimpin yang dihormati, pengaruhnya sangat besar dalam mengubah tatanan budaya dan kepercayaan masyarakat setempat.

Penyebaran Islam di Sumedang dilakukan dengan pendekatan yang bijaksana. Pangeran Santri mengutamakan metode kultural, menggabungkan unsur-unsur lokal dengan ajaran Islam.

Seni dan budaya digunakan sebagai media dakwah, seperti seni gembyung dan pupuh magatru yang memuat pesan-pesan Islami.

Pada tahun 1551, Pangeran Santri mulai mengajarkan Al-Quran dengan cara yang disesuaikan dengan tradisi masyarakat Sumedang, sehingga ajaran Islam dapat diterima dengan baik.

Baca Juga :  Pemerintah Rilis Pagu Anggaran Dana Desa 2025, Kabupaten Sumedang Terima Rp275,5 Miliar

Penyebaran Islam di Sumedang semakin meluas di bawah pemerintahan Prabu Geusan Ulun, putra Pangeran Santri. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Sumedang Larang berhasil menguasai sebagian besar wilayah Jawa Barat bagian barat, termasuk wilayah Pajajaran yang sebelumnya menjadi pusat budaya Sunda. Ekspansi ini memperkuat posisi Islam di Tatar Sunda.

Hingga kini, jejak penyebaran Islam di Sumedang masih dapat dilihat dari berbagai peninggalan sejarah dan budaya, seperti koleksi benda-benda peninggalan di Museum Prabu Geusan Ulun.

Baca Juga :  Ratusan Jemaah Ikuti Pengajian Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani di Sumedang

Proses akulturasi yang dilakukan Pangeran Santri dan penerusnya telah membuat Islam menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Sumedang.

Penyebaran Islam di Sumedang melalui pendekatan budaya ini menjadi bukti bahwa ajaran Islam dapat diterima oleh masyarakat dengan damai dan harmonis, tanpa mengesampingkan tradisi lokal.

Akulturasi ini tidak hanya memperkaya budaya Sumedang, tetapi juga memperkuat identitas masyarakat Sunda sebagai bagian dari peradaban Islam di Nusantara.***

Sumber : Juru Kunci Pasarean Gede, Nana Sujana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button