PMK Menyebar di Sumedang, Dokter Hewan Sebut Kontrol yang Terhambat Jadi Penyebab

QILATZ.COM, SUMEDANG – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang disebabkan oleh virus RNA dari kelompok Picornaviridae kini kembali mengancam peternakan di Sumedang.
Virus ini sangat menular dan menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Drh. Rizky Andrea, seorang dokter hewan yang bertugas di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Tanjungsari, mengungkapkan, penyebaran PMK dipicu oleh tidak adanya titik kontrol yang memadai untuk memeriksa sapi-sapi yang baru datang dari luar daerah.
“Anggaran yang sebelumnya digunakan untuk pengecekan kini dialihkan untuk program makan bergizi gratis. Dulu, penyebaran sering terjadi karena bandar nakal yang membawa sapi saat pos kontrol tutup,” jelas Drh. Rizky Andrea di kantor Puskeswan Tanjungsari, yang terletak di lingkungan Pasar Hewan Tanjungsari, Sumedang. Selasa (14/01/2025).
Menurut Drh. Rizky, pada tahun 2024 tercatat lebih dari 200 kasus sapi terjangkit PMK di wilayah kerjanya. Sementara itu, hingga 14 Januari 2025, sudah ada sekitar 30 ekor sapi yang terinfeksi.
Penyebaran virus paling banyak terjadi pada sapi-sapi yang baru datang dari luar Jawa Barat. Keletihan akibat perjalanan jauh juga menjadi faktor yang meningkatkan kerentanannya terhadap virus.
“Sapi yang sudah lama berada di sini cenderung memiliki imunitas yang lebih kuat,” tambahnya.
Gejala awal PMK dapat dikenali melalui tanda-tanda seperti salivasi berlebihan, suara “kretek” pada mulut, serta aroma khas dari hewan yang terjangkit.
“Untuk mencegah penyebaran PMK, kami menekankan pentingnya kebersihan kandang dan penerapan biosecurity yang ketat,” katanya.
Terkait dengan pengobatan, Drh. Rizky menyebutkan bahwa PMK dapat diatasi dengan pemberian vitamin dan obat penurun demam, namun vaksinasi tetap menjadi langkah preventif yang penting.
“Kendala di lapangan seperti akses sulit ke kandang ternak dan terbatasnya es untuk menyimpan vaksin sering menghambat efektivitas vaksinasi. Kami (Pihak Puskeswan) berencana untuk mengadakan vaksinasi gratis yang semula dijadwalkan hari ini, namun diundur menjadi esok hari,” katanya.
Drh. Rizky menegaskan bahwa meskipun PMK dapat menular pada hewan ternak, virus ini tidak berdampak langsung pada kesehatan manusia.
Namun, masalah utama yang dihadapi oleh petugas kesehatan hewan adalah kekurangan personel serta kendala geografis yang membuat beberapa area peternakan sulit dijangkau.
Sebagai informasi, Puskeswan Tanjungsari berperan penting dalam upaya penanganan PMK di tingkat kecamatan. Puskeswan selalu siap memberikan pelayanan dan penanganan terhadap wabah PMK guna menjaga kesehatan hewan ternak di wilayah tersebut.
Meski tidak berdampak pada manusia, kata ia, wabah PMK dapat menyebabkan kerugian besar bagi peternak karena mengganggu produktivitas ternak.
Oleh karena itu, Drh. Rizky mengimbau peternak untuk selalu menjaga kebersihan kandang dan hewan, serta mengikuti prosedur vaksinasi yang disarankan untuk mengurangi risiko penyebaran PMK.***